JANGAN MAU DIBODOHIN PAKAI AYAT SUCI ...
AYAT SUCI BISAKAH UNTUK MEMBODOHI ?
Bisakah Ayat Suci dipakai untuk menipu ?
Kita lihat fakta di lapangan ...
- Pernah lihat orang di jalanan ngedarin kotak sumbangan, ngaku nya buat yayasan sosial ?
- Pernah naik kendaraan umum trus ada orang ceramah singkat lengkap dengan ayat-ayat suci, trus ngedarin amplop amal katanya buat anak yatim piatu ?
- Pas lagi di rumah pernah disamperin orang, bawa map sumbangan isi kertas yang ada tulisan ayat suci nya, ngakunya buat pembangunan rumah ibadat ?
Gimana menurut kalian ?
Apakah
pengakuan mereka itu
pasti benar, nggak mungkin ada kebohongan ?
Pernahkah kalian lihat
berita investigasi, baik koran maupun televisi, tentang
penipuan berkedok pencarian sumbangan seperti di atas ?
Gimana menurut kalian, ketika ada yang
mengingatkan Anda dengan mengatakan :
"Jangan mau dibodohi pakai ayat suci ..... (sambungannya nanti di bawah) " ?!
Marah karena merasa orang yang mengingatkan tersebut Anda anggap
telah menistakan Ayat Suci ?!
Dan Anda berargumen bahwa "
Ayat Sucinya Ada, Pak Kiai (atau Bu Pendeta, atau Pastor) juga menafsir begitu, salahnya BER-AMAL di mana ?!"
Enggak salah, menyumbang itu baik, dan benar menurut agama, sebagaimana tafsir Para Tokoh Agama.
Tapi kita hidup bukan di surga, tapi di dunia, ... dimana kerjahatan juga eksis nyata.
Dan penjahatnya bisa jadi lebih
hafal & fasih ayat-ayat kitab suci dibanding orang kebanyakan.
Dan motifnya untuk kepentingan pribadi. Benarkah argumen saya ini ?
Silahkan dijawab sendiri dengan jujur :
Apakah sumbangan yang diberikan seseorang PASTI tepat sasaran, atau bisa saja sumbangan yang diberikan secara iklas dengan maksud mulia itu dimanfaatkan oknum2 tertentu untuk kepentingan dirinya / kelompoknya ?
Dengan menimbang
3 contoh fakta di atas , tidak adakah tafsir lain
secara logis yang bisa ditarik terhadap Orang yang mengingatkan tadi, selain kesimpulan
"Orang yang mengingatkan itu Pasti (bermaksud) Menistakan Ayat Suci" !!!
Jika Anda tersinggung, menurut saya, masalahnya terletak pada
perbedaan sudut pandang,
perbedaan penalaran, terkait
kaidah bahasa, dan
bukan soal perbedaan keimanan.
Orang tersebut bisa jadi mengingatkan Anda tentang
Fenomena*), yang dalam hal ini menjadi sensitif karena terkait unsur Agama. Dia melihat itu sebagai
Persoalan Sosial, Anda melihat itu sebagai
persoalan Agama.
Apakah
sudut pandang orang itu Pasti Salah ?
Kita lihat contoh lain. Kita lihat fakta di lapangan ...
Ketika ada wartawan yang menulis "
Ada Wanita ditipu oleh laki-laki Berseragam Perwira TNI" apakah menurut anda wartawan itu Melakukan
Penistaan terhadap institusi TNI ? Apakah dia bermaksud menistakan Seragam TNI ?
Ketika ada yang mengupload video "
Polisi memeras Turis" apakah menurut anda itu
Penistaan terhadap institusi Kepolisian ? Bermaksud menistakan UU Lalu-lintas ?
Lho kok malah ketawa ?! ...
Gimana, ....
Sudah bisa menemukan
benang merah logika penarikan kesimpulan antara kejadian terkait
'ayat suci' dengan kejadian terkait
'ayat UU Lalu-lintas' ?
Lanjut lagi ya ...
Kembali ke poin-poin
AYAT SUCI BISAKAH UNTUK MEMBODOHI ? poin-poin fakta yang bisa ditarik dari cerita di atas adalah :
- Secara fakta benar bahwa Ayat Suci (yang relevan) itu ada. Dalam hal ini ayat suci yang digunakan untuk mempengaruhi Anda (untuk menyumbang, dsb).
- Secara fakta benar ada realitas orang-orang menggunakan Ayat Suci untuk tujuan tertentu.
- Secara fakta, benar bahwa ada yang menyumbang.
Kita
breakdown yang
poin 2:
Dalam hal ini tebagi 2:
Sekarang kembali ke :
"
Jangan mau dibodohi pakai ayat suci ..... (
sambungannya nanti di bawah) " ?!
Misalkan dalam suasana
Puasa menjelang Idul Fitri,
dimana orang berlomba-lomba berbuat kebaikan, dan di sisi lain muncullah
fenomena ratusan pengemis dadakan dan
orang minta sumbangan .
Kemudian ada orang
Dinas Sosial dalam suatu pertemuan ngomong seperti di atas, lengkapnya begini :
"Jangan mau dibodohi pakai ayat suci ..... tapi kalau hati nurani bapak/ibu niatnya nyumbang untuk menjalankan perintah Tuhan ya silahkan".
Kita
breakdown yang
poin 3:
Karena omongan
Orang Dinas Sosial tadi sebenarnya cuman mau ngingetin aja, bahwa
belum tentu peruntukannya benar, menimbang kemungkinan logis yang terjadi :
- Orang tetap menyumbang karena yakin 100% peruntukannya pasti benar.
- Orang tetap menyumbang meskipun Anda tidak yakin 100% peruntukannya akan benar
- Orang tidak menyumbang karena Anda tidak yakin 100% Peruntukannya tidak benar
(Tapi bisa jadi memilih menyumbang melalui tempat yang menurutnya pasti kredibel, misalnya ke : Rumah Ibadat yang dia tau pasti tempatnya, dan sedang dalam progress pembangunan, atau ke yayasan yang jelas perijinan dan transparan lewat laporan kegiatan).
Apa menurut kalian maksud omongan dari
Orang Dinas Sosial tadi, adalah :
- Tokoh Agama yang ceramah tentang "mulianya ber amal" pasti berniat membodohi.
- Ayat Suci tentang "mulianya beramal/menyumbang" adalah bohong.
- Yang meminta sumbangan pasti membodohi.
- Yang nyumbang pasti dibodohi.
Semoga enggak ada yang mikir aneh begitu ya ?! :)
AYAT SUCI DAN KEPENTINGAN POLITIK
Sub Judul
AYAT SUCI BISAKAH UNTUK KEPENTINGAN POLITIK ? sebenarnya rada mubazir setelah saya nulis panjang lebar dengan ilustrasi fenomena sosial di atas. Tapi mumpung masih anget, dan kekinian gue tulisa aja ...
Kita pakai tema
Fenomena Sosial Politik yang masih hangat, terkait PILKADA DKI JAKARTA tahun 2017 :
Jangan Pilih Calon Non-Muslim.
Tidak salah jika ada orang yang sepakat dengan tafsir "Jangan pilih Non-Muslim".
Begitu juga
dengan mereka yang menafsir "Nggak papa pilih Non-Muslim"
Keduanya sama-sama punya hak berpendapat, dan sama-sama wajib kita hormati.
(Jadi plis jangan tanya lagi : "dimana salahnya prinsip JANGAN PILIH NON MUSLIM itu ? itu kan keyakinan kami, itu hak kami !" ... capek ngetiknya Mas Bro :) mendingan Mas Bro aja baca ulang Sub Judulnya :) ).
Kembali ke Subjudul ...
Cara yang paling gampang untuk menerawang MOTIF 'POLITIK' nya adalah :
Bandingin aja antara OMONGANNYA, sama TINDAKANNYA .. Bertentangan apa enggak ?! .
Jadi kalau ada
Politisi dari Parpol tertentu -- yang bisa saja kebetulan dia itu Tokoh Agama (yang berpolitik Praksis) Ngomong/Ceramah/Berorasi
di salah satu Wilayah Pilihan /
Dapil :
"Jangan Pilih Calon Non-Muslim"
Tapi di Dapil lain orang ini dan atau Kelompoknya Memberikan dukungan Politik untuk memenangkan Non-Muslim.
Silahkan
Nilai Sendiri dengan Jujur :
BUAT TUHAN atau BUAT KEPENTINGAN KELOMPOKnya ?!
Bahasa lainnya, dalam realitas di atas itu Teologis atau Politis ?!
Silahkan kalau mau dikritisi ...
Tapi Plis, jangan modal iman atau keyakinan, karena itu nutup ruang diskusi ...
*) Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta
bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah
atau lewat disiplin ilmu tertentu. Fenomena terjadi di semua tempat yang bisa diamati oleh manusia.