DASAR PENALARAN DALAM LOGIKA

DASAR PENALARAN DALAM LOGIKA


 ilustrasi Penalaran Logika.  Sumber di sini


Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep ini menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya.

Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis).

Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.



Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.

PENALARAN LOGIKA DEDUKTIF


Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.

Contoh argumen deduktif:
  1. Setiap mamalia punya sebuah jantung
  2. Semua kuda adalah mamalia
  3. ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung


PENALARAN LOGIKA INDUKTIF


Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:
  1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
  2. Kuda Australia punya sebuah jantung
  3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
  4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
  5. ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung


Dari contoh di atas, terlihat Ciri Utama yang membedakan antara Penalaran Deduktif dengan Penalaran Logika Induktif , yakni :

Pada Penalaran Logika Deduktif,
  • Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar.
  • Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
 Sedangkan pada Penalaran Logika Induktif,
  • Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
  • Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis. 


Sumber :
1. Wikipedia.org
Read more ...

MANFAAT MEMPELAJARI LOGIKA

MANFAAT BELAJAR LOGIKA

 

ilustrasi berfikir logis, sumber di sini

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan manusia ini biasanya berasal dari sumber pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir.   

Manusia berpikir tentang fenomena, sebab adanya keraguan pada suatu hal, atau adanya keingintahuan untuk mencari kebenaran tentang suatu hal.  Oleh karena itu dalam proses belajar, perlu dilakukan dengan cara yang benar, logis. 



Manfaat mempelajari logika antara lain :

  1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
  2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
  3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
  4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
  5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta kesesatan.
  6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
  7. Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa: gugon-tuhon)
  8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

 MACAM MACAM LOGIKA


Logika Alamiah


Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.


Logika Ilmiah


Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.




Sumber :
1. Wikipedia.org
2.  Adhychezz
3.
Read more ...

SEJARAH LOGIKA

SEJARAH LOGIKA

 


Thales, filsuf Yunani. Sumber : di sini

Logika Pada Masa Yunani Kuno

Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
  • Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
  • Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
  • Air jugalah uap
  • Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.

Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
  1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
  2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
  3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
  4. Analytica Priora tentang Silogisme.
  5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
  6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.
St. Yohanes dari Damaskus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.


Logika Pada Masa Abad Pertengahan dan Logika Modern

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
St. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding
Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
  • Gottfried Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
  • George Boole (1815-1864)
  • John Venn (1834-1923)
  • Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di Johns Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.

Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).


Sumber :
1. Wikipedia.org
Read more ...

SILOGISME

SILOGISME DALAM LOGIKA



ilustrasi.  sumber di sini


Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan)

JENIS JENIS SILOGISME


Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;

Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).


Contoh:
   Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
   Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
 Hukum Silogisme Kategorial
>> Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
   Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
   Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).

>> Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.

Contoh:
   Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
   Sebagian pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).

 >> Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.

Contoh:
   Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
   Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).

>> Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.

Contoh:
   Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
   Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

>> Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata
>> Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.

Contoh:
   Kerbau adalah binatang.(premis 1)
   Kambing bukan kerbau.(premis 2)
∴ Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif


>> Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.

Contoh:
   Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
   Januari adalah bulan.(minor)
∴ Januari bersinar dilangit?

>> Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.

Contoh:
   Kucing adalah binatang.(premis 1)
   Domba adalah binatang.(premis 2)
   Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
   Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya


 Silogisme Hipotetik


 Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

 >> Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.

Contoh:
   Jika hujan saya naik becak.(mayor)
   Sekarang hujan.(minor)
∴ Saya naik becak (konklusi).
>> Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.

Contoh:
   Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
    Sekarang bumi telah basah (minor).
∴ Hujan telah turun (konklusi)
 >> Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.

Contoh:
   Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
   Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan tidak akan timbul.
 >> Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.

Contoh:
   Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
   Pihak penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
  • Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
  • Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Silogisme Alternatif


Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh:
   Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
   Nenek Sumi berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
  • Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
   Heri jujur atau berbohong.(premis1)
   Ternyata Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia tidak jujur (konklusi).
  • Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
   Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)
   Ternyata tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
  • Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
   Hasan berbaju putih atau tidak putih.
   Ternyata Hasan berbaju putih.
∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.
  • Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
  1. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
   Budi menjadi guru atau pelaut.
   Budi adalah guru.
∴ Maka Budi bukan pelaut.
  1. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
   Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
   Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
∴ Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.



Entimen


Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
  • Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
  • Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.


 Sumber :
1. Wikipedia.org



















































Read more ...

ARGUMENTASI DAN PROPOSISI DALAM LOGIKA

ARGUMENTASI & PROPOSISI DALAM LOGIKA

 


ilustrasi Argumentasi & Proposisi.  Sumber di sini


ARGUMENTASI DALAM LOGIKA



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (lihat di sini ), argumentasi memiliki arti :

argumentasi/ar·gu·men·ta·si/ /arguméntasi/ n alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan;

berargumentasi/ber·ar·gu·men·ta·si/ v memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat: sistem dan tradisi mahkamah peradilan kita hendaknya banyak memberikan kesempatan ~
Sedangkan menurut Vincent, dalam bukunya yang berjudul Becoming A Critical Thinker: A Mater Student texts Argumen diartikan sebagai: the statement of a point of view and the evidence that supports it in a way intended to be persuasive to other people.”.  Jadi argumentasi merupakan suatu pernyataan yang didukung oleh bukti-bukti yang dapat mengubah atau mempengaruhi pikiran orang lain
Argumen juga dapat diartikan sebagai proses untuk memperkuat suatu klaim melalui analisis berpikir kritis berdasarkan dukungan dengan bukti-bukti dan alasan yang logis. Bukti-bukti ini dapat mengandung fakta atau kondisi objektif yang dapat diterima sebagai suatu kebenaran (Inch & Warnick, 2006) 
Dari dua pengertian ini, jelaslah bahwa argumentasi itu adalah suatu pernyataan (klaim) yang bukan semata-mata diucap dengan tanpa dasar. Argumentasi harus selalu berorientasi pada data, fakta atau bukti-bukti yang objektif sehingga dapat diterima kebenarannya. Oleh karenanya untuk berargumentasi seseorang akan melakukan kegiatan analisis dan berpikir kritis
Lebih jauh lagi argumentasi juga memiliki sifat persuasif atau dapat mengubah mau pun mempengaruhi  pikiran orang lain.  Hal ini juga ditegaskan oleh Driver dan teman-teman, bahwa argumentasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk menganalisis informasi kemudian dikomunikasikan kepada orang lain. (Driver, Newton, & Osborne. 1998). 

Analisis Toulmin terhadap Argumen

Salah satu cara untuk memastikan keabsahan argumen Anda adalah dengan mengujinya menggunakan metode yang diciptakan oleh Stephen Toulmin, seorang filsuf dan pendidik yang mengabdikan kariernya untuk mengembangkan analisis penalaran moral. 

Metode Toulmin didesain supaya kita dapat menilai keabsahan argumen mana pun yang kita temui. Namun, metode ini juga dapat dipakai untuk menentukan sejauh mana keabsahan argumen kita sendiri.

Toulmin mengklasifikasikan enam elemen penting dalam sebuah argumen. 
Tiga elemen yang terpenting adalah klaim (claim), dasar argumen (grounds), dan pendukung (warrants). 
  • Klaim adalah argumen yang Anda tegaskan atau ajukan; 
  • Dasar argumen adalah bukti-bukti yang mendukung klaim; 
  • Pendukung adalah serangkaian alasan yang menjamin sebuah bukti dapat mendukung klaim yang Anda ajukan
Dari ketiganya, pendukung adalah aspek argumen yang paling "genting" karena di dalamnya terkandung banyak keyakinan dan asumsi yang dapat atau tidak dapat dinyatakan secara eksplisit.



PROPOSISI DALAM LOGIKA

Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.

Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:
  1. Subyek, perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara. 
  2. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. 
  3. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat. 
Contoh kalimat : Semua manusia adalah fana.
Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.

Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah sinonim, atau paling tidak seharusnya sama. 

Keputusan yang dipermasalahkan dalam logika adalah keputusan yang berhubungan dengan term-term yang terangkai dalam suatu kalimat.

Menurut logika tradisional, proposisi mestinya terdiri atas tiga bagian, yaitu subyek, predikat dan kopula. Kopula mesti ada dan fungsinya menyatakan hubungan yang terdapat antara subyek dan predikat. Hubungan yang dinyatakan oleh kopula mungkin berupa afirmasi, artinya kopula menyatakan bahwa diantara subyek dan predikat tidak terdapat suatu hubungan apapun.


Proposisi Menurut Sumbernya

Dalam Logika dikenal adanya dua macam proposisi, menurut sumbernya, yaitu proposisi analitik (proposisi a priori) dan proposisi sintetik (proposisi a posteriori). Proposisi analitik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya, contohnya : "Burung adalah hewan".

Kata “hewan” pengertiannya sudah terkandung pada subyek “burung”. Jadi predikat pada proposisi analitik tidak mendatangkan pengetahuan baru. Untuk menilai benar tidaknya proposisi serupa kita lihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu.

Proposisi sintetik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti : "Manggis itu manis".

Kata “manis” pengertiannya belum terkandung ada subyeknya, yaitu “manggis”. Jadi kata “manis” merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman. Proposisi sintetik adalah lukisan dari kenyataan empirik maka untuk menguji benar salahnya diukur berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan empiriknya.
Penjelasan skema di atas adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan bentuknya, proposisi diklasifikasikan menjadi dua kategori: tunggal dan majemuk. Proposisi Tunggal hanya mengungkap satu pernyataan saja dimana hanya didukung satu subjek dan satu predikat (kalimat tunggal). Sebagai contoh kalimat "Setiap manusia akan mati",dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu subjek, yakni "manusia", sedang predikatnya berupa "mati".

Kemudian Proposisi Majemuk, proposisi ini dibentuk dari gabungan dua proposisi tunggal atau lebih dimana kalimat pernyataan ini sekurang-kurangnya didukung dua pola kalimat.
Misalnya seperti kalimat "Setiap warga negara harus menyadari hak dan tanggung jawabnya".

Macam-macam Proposisi menurut Bentuknya

1. Proposisi Kategorik
Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek, satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier. Subyek adalah term yang menjadi pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang menerangkan subyek. Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term subyek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menunjukan banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek.

Sebagian                manusia           adalah              pedagang
Quantifier             subyek             kopula             predikat

Perlu diketahui, meskipun dalam suatu proposisi tidak menyatakan quantifier-nya tidak berarti subyek dari proposisi tersebut tidak mengandung pengertian banyaknya satuan diikatnya. Perhatikan proposisi yang quantifier-nya dinyatakan :
  • Proposisi universal :     Semua tanaman membutuhkan air.
  • Proposisi partikular :     Sebagian manusia dapat menerima pendidikan tinggi.
  • Proposisi singular :     Seorang yang bernama Hasan adalah seorang guru.
Proposisi tersebut dapat dinyatakan tanpa disebut quantifier-nya tanpa mengubah kuantitas proposisinya :
  • Proposisi universal : Tanaman membutuhkan air.
  • Proposisi partikular : Manusia dapat menerima pendidikan tinggi.
  • Proposisi singular : Hasan adalah guru.
Dari kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka kita kenal enam macam proposisi, yaitu :
  1. Universal positif, seperti : Semua manusia akan mati
  2. Partikular positif, seperti : Sebagian manusia adalah guru
  3. Singular positif, seperti : Rudi adalah pemain bulu tangkis
  4. Universal negatif, seperti : Semua kucing bukan burung
  5. Partikular negatif, seperti : Beberapa mahasiswa tidak lulus
  6. Singular negatif, seperti : Fatimah bukan gadis pemalu
Proposisi universal positif, kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, dalam Logika dilambangkan dengan huruf A. Proposisi partikular positif kopula mengakui hubungan subyek dan predikat sebagian saja dilambangkan dengan huruf I. Proposisi singular positif karena kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan maka juga dilambangkan dengan huruf A. Huruf A dan I masing-masing sebagai lambang proposisi universal positif dan partikular positif diambil dari dua huruf hidup pertama kata Latin Affirmo yang berarti mengakui.

Proposisi universal negatif kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikatnya secara keseluruhan, dalam Logika dilambangkan dengan huruf E. Proposisi partikular negatif kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat sebagian saja, dilambangkan dengan huruf O. Proposisi singular negatif karena kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, juga dilambangkan dengan huruf E. Huruf E dan O yang dipakai sebagai lambang tersebut diambil dari huruf hidup dalam kata nEgo, bahasa Latin yang berarti menolak atau mengingkari.
Dengan pembahasan diatas maka kita mengenal lambang, permasalahan dan rumus proposisi sebagai berikut :

Lambang Permasalahan Rumus
A Universal Positif Semua S adalah P
I Partikular positif Sebagian S adalah P
E Universal negatif Semua S bukan P
O Partikular negatif Sebagian S bukan P

2. Proposisi Hipotetik
Jika pada proposisi kategorik kopula menghubungkan dua buah term sedang pada proposisi hipotetik kopula menghubungkan dua buah pernyataan. Sebuah proposisi hipotetik, misalnya : ‘Jika hujan turun maka desa akan banjir’ pada dasarnya terdiri dari dua proposisi kategorik ‘Hujan turun’ dan ‘Desa akan banjir’.’Jika’ dan ‘maka’ pada contoh diatas adalah kopula, ‘hujan turun’ sebagai pernyataan pertama disebut sebab atau antecedent dan ‘desa akan banjir’ sebagai pernyataan kedua disebut akibat atau konsekuen.

Proposisi hipotetik mempunyai dua buah bentuk. Yaitu:
  • Jika A adalah B maka A adalah C, seperti “Jika Feri rajin maka ia akan naik kelas”.
  • Jika A adalah B maka C adalah D, seperti “Jika permintaan bertambah, maka harga akan naik”.

3. Proposisi Disyungtif
Seperti juga proposisi hipotetik, proposisi disyungtif pada hakikatnya juga terdiri dari dua buah proposisi kategorika. Sebuah proposisi disyungtif seperti : Proposisi jika tidak benar maka salah ; jika dianalisis menjadi : ‘Poposisi itu benar’ dan Proposisi itu salah”. Kopula yang berupa ‘jika’ dan ‘maka’ mengubah dua proposisi kategorik menjadi permasalahan disyungtif. Kopula dari proposisi disyungtif bervariasi sekali, seperti :
  • Hidup kalau tidak makan adalah mati.
  • Eko di kantin atau di perpus.
  • Jika bukan Dian yang memberi maka Dodi.
Bentuk-bentuk proposisi disyungtif yaitu:

a. Proposisi disyungtif sempurna.
  • Mempunyai alternatif kontradiktif
  • Rumus : A mungkin B mungkin non B, seperti “Fajar mungkin masih hidup mungkin sudah mati (non-hidup)”.
b. Proposisi disyungtif tidak sempurna.
  • Tidak sempurna alternatifnya tidak berbentuk kontradiktif.
  • Rumus : A mungkin B mungkin C, seperti “Gilang berhelm hitam atau berhelm putih”.

Berdasarkan Sifat Pembenaran & Pengingkaran

Berdasarkan sifat pembenaran dan pengingkaran, terdapat dua kategori proposisi: kategorial dan kondisional. Proposisi kategorial menunjuk pada sebuah pembenaran atau pengingkaran yang bersifat mutlak; pasti benar atau pasti salah.  Artinya, kebenaran terjadi tanpa syarat.
Contoh: Semua orang akan mati.

Selanjutnya adalah proposisi kondisional, yakni proposisi yang menunjuk pada pembenaran atau pengingkaran yang bersyarat atau berupa pilihan.


Kategori proposisi kondisional sendiri dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni hipotesis dan disjungtif.  Proposisi Kondisional Hipotesis adalah proposisi yang menunjuk pada pembenaran yang bersyarat.  Artinya bila proposisi terpenuhi, maka kebenaran terjadi. Hal ini bisa kita lihat dalaam kalimat Jika hujan terjadi, tanah becek, jadi tanah akan becek jika terjadi hujan. 
Lain halnya dengan proposisi kondisional hipotesis, Proposisi Kondisional Disjungtif disebut juga Hal ini didasarkan pada pembenaran yang berupa pilihan.  Proposisi ini kerap kali menggunakan kata atau seperti dalam kalimat: Amir harus membantu orang tuanya atau membersihkan halaman rumah.











Sumber :

Read more ...

APA ITU LOGIKA ?

LOGIKA, APA ITU ?


Le Penseur, "Sang Pemikir", Auguste Rodin, 1902

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.  (Lihat :  Argumentasi, Proposisi, Silogisme)

APA ITU LOGIKA ?


Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Menurut Kamus Besar Bahsa Indonesia, Logika memiliki arti sbb:


logika/lo·gi·ka/ n 1 pengetahuan tentang kaidah berpikir; 2 jalan pikiran yang masuk akal: keterangan saksi tidak ada -- nya;
-- bernilai majemuk sistem logika yang dalam penafsiran dalilnya mengandung lebih dari dua makna atau secara umum mengandung sejumlah makna pasti atau tidak pasti;
-- deduktif alur berpikir dengan menarik kesimpulan mulai dari yang umum menuju kepada yang empiris atau hal yang khusus;
-- formal metodologi berpikir yang berkenaan dengan struktur atau bentuk logika melalui abstraksi isi pemikiran yang merumuskan hukum dan asas yang disyaratkan untuk mencapai hasil yang berlaku dalam mendapatkan pengetahuan melalui penarikan kesimpulan yang bagian-bagiannya dipertalikan dengan isi tersebut;
-- induktif alur berpikir yang menarik kesimpulan mulai dari pengalaman empiris menuju kepada yang umum atau general;
-- matematik penggunaan metode matematik dan suatu bahasa istimewa berupa lambang dan rumus di bidang logika formal;
-- simbolik logika matematik.


Logika sebagai Pengetahuan

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan, di mana objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.  Ilmu yang dimaksud di sini, mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.


Logika sebagai Cabang dari Filsafat


Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.  Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.



 Sumber :






Read more ...